the devil’s karaoke*

the song of the devil screams and echoes all through the country and zombies in masks of newborn babies dance and party under a moon the colour of fire. the smell of burning fresh human flesh rotten gas blood and tears like a shroud of thick poisonous clouds hot air burning your lungs and treesContinue reading “the devil’s karaoke*”

Madeleine menungguku*

Aku baru selesai makan makan malam dengan temanku Jean Villeri, si pelukis. Sudah jam sebelas lebih. Aku sudah di dalam metro menuju rumah. Ganti kereta di Trocadero. Badanku terasa berat dan capek, namun aku merasa senang mendengarkan suara kakiku di terowongan stasiun. Tiba-tiba, seorang perempuan yang sedang berjalan ke arah berlawanan menyapaku, kelihatannya ia telahContinue reading “Madeleine menungguku*”

Sinta*

: Oka Segara and then in these woods is there anything greener than a woman’s cambium radiance a single leaf drifted to the ground a bloodless wound in the tree dew on the surface of the leaf as salty as river sand the language of life eternal and immovable : how deep do roots goContinue reading “Sinta*”

akenuruba/kururu mono to wa/shiri nagara/nao urameshiki/asaborake kana*

hari masih subuh. aku tahu malam bakal datang lagi, aku benci hari ini. *oleh Fujiwara No Michinobu, diterjemahkan dari versi Inggris Kenneth Rexroth: In the dawn, although I know/It will grow dark again,/How I hate the coming day.

Sous la lune brilliante / je rentre chez moi en compagnie / de mon ombre*

Di bawah terang bulan Aku berjalan kembali ke kamar Bayanganku jadi satu-satunya teman     *oleh Yamaguchi Sodo, kutemukan dalam sebuah antologi puisi Jepang klasik versi Prancis terbitan Gallimard yang kutemukan di rak poésie sebuah kafe francophile (kemahalan, makanan biasa-biasa aja, goat cheese kok rasanya kaya feta) di Ubud.

bunga*

bunga pertama yang kupetik untukmu asalnya dari kebun orang tumbuhnya di kebun orang tapi aku memetiknya untukmu yang kedua serumpun tulip kubeli dari toko bunga berwarna kuning aku tak tahu di kebun mana tulip tulip itu tumbuh tapi aku tahu aku mencintaimu yang ketiga lama sekali datangnya seolah aku sudah lupa aku mencintaimu aku mencintaimuContinue reading “bunga*”

5 poems by Tishani Doshi

sometimes me and my wife do translations for money. for a lot of money ideally. these ones we did for okay money. for the indian embassy. jokpin read the translations. tishani doshi read the originals. all poems by tishani doshi. all translations by Mikael Johani and Gratiagusti Chananya Rompas.  WAKTU ITU KITA PERGI KE PANTAIContinue reading “5 poems by Tishani Doshi”

Eternal siesta*

A blank sojourn in June amongst the trotters. My soul lit, prostrate within my rapture (Close the riddle of the banks, over the rain, pure), I rail against the denouncement of ecstasy and verse. One relents enervated, expiring on the boudoir Prominent on my leave to the absurd Come with a piano voicing rave unmeasured,Continue reading “Eternal siesta*”

buat liu ching-wen

su tung-p’o   bunga teratai kering tak bisa lagi memayungimu dari hujan; tinggal seranting krisan bertahan melawan embun beku. kuingin kau ingat semua hal yang indah sepanjang tahun ini, terutama sekarang, saat sitrun kuning dan limau hijau menggantung di ranting.   *diterjemahkan dari terjemahan bahasa inggris burton watson, dalam the columbia book of chinese poetry:Continue reading “buat liu ching-wen”

The Love Song of J. Alfred Prufrock*

S’io percaya bahwa jawaban saya adalah Seseorang yang tidak pernah kembali ke dunia, Tanpa api ini lebih stara shock. Perciocche tetapi dana ini tidak pernah Non torno vivo no, s’i’odo kebenaran, Tanpa takut akan keburukan saya terbaik Anda. Let kemudian kita pergi, Anda dan saya, Ketika malam adalah menyebar terhadap langit Seperti seorang pasien etherisedContinue reading “The Love Song of J. Alfred Prufrock*”