Between now and later happy canyon agape, Adikku a lick ice artic delicacy; Cintaku you this afternoon, with kuhiasi susu + coca cola Isteriku in practice: we stop berdetik hours. You’re smart bercium correct, there are scratches live feel – When we are cycling kuantar you go home — Hot blood, you really made theContinue reading “Tuti Artic (Google Translate version 1)”
Category Archives: Translations
antareja
tik-tik-tik. ‘pernah menghitung air hujan?’ ‘aku belum edan.’ bunga mata sapi bergoyang dangdut bersama angin. ‘goyangannya salah. itu tango, bukan yang kuajarkan kemarin.’ aku mencoba marah kepada pohon setinggi lutut itu. ‘kemarin kau ajarkan apa? gambyong?’ tumbuhan itu menelan cuilan biskuitku yang terakhir. ‘bukan, kemarin aku mengajarimu bambangan.’ ‘hah, bambangan sama siapa? tari itu butuhContinue reading “antareja”
Tuti Artic
Between happiness now, and happiness tomorrow: a vast canyon beckons I watch you smile as you lick your Artic ice-block; Let these cream puffs + Coca Cola decorate my love for you, My future wife: stop the tickling of the clock. You are an excellent kisser already, I can still feel your lips on mineContinue reading “Tuti Artic”
Purnama di Bukit Langit
Bunga rampai Purnama di Bukit Langit Zhou Fuyuan ini bukan bunga rampai puisi Tiongkok klasik yang pertama di Indonesia. Tahun 1949, Balai Pustaka pernah menerbitkan Himpunan Sajak Tionghoa susunan Mundingsari (harga f 1,60) yang berisi 39 sajak. Tahun 1962 (atau 1963?) sebuah badan bernama Komite Perdamaian Indonesia telah pula menerbitkan buku kecil berjudul Tu FuContinue reading “Purnama di Bukit Langit”
Halo Sayang
Tadi aku makan plum yang di kulkas itu bekalmu untuk sarapan besok ya? Maaf sayang habis mereka enak manis segar sekali – barbarisme dari ‘This Is Just to Say’, William Carlos Williams, Selected Poems, New Directions, 1985, hlm. 74.
(Untitled – a fragment from Ida Ayu Oka Suwati Sideman’s Durawati)
at dawn single-striped footsoldiers banged drums did the heroes’s chariots in bright-coloured flags it’s near dusk now horses are trotting home, riderless a spear in the back of a chariot the flags down to half-mast From Ida Ayu Oka Suwati Sideman’s Durawati, stored for eternity here.
museum nasional
Kalau bertengkar dengan diri sendiri menghasilkan sajak, bertengkar dengan Canberra menghasilkan apa? — Martin Johnston seekor currawong mematuk bungkus bekas makanan melihatku dengan kepala miring ke kanan kaca mataku menggelincir ke ujung hidungku dari (kata orang) etalase kontroversial rambutku—burung itu jadi curiga di seberang danau sana gedung parlemen memicing mata di balik jernih monokel ibuContinue reading “museum nasional”
Dua Gerobak Merah
Gerobak Merah (v.1) semua tergantung pada roda gerobak merah disemir air hujan di samping ayam-ayam putih. Gerobak Merah (v.2) semua tergantung pada roda gerobak merah kilat air hujan putih ayam-ayam. William Carlos Williams, diambil dari Selected Poems, New Directions, 1985, hal. 56.
Sepuluh Tahun
Sepuluh tahun lalu, dia perlu kebenaran sepuluh tahun ini, dia ingin kebenaran. Dia ingin seperti ingin makan kue atau minum bir tengah hari Tidak begitu perlu. Sepanjang musim panas pohon pun menunggu sabar sampai hujan turun. Kali ini, mati datang seperti tamu yang tak ditunggu. Dokter memompanya keluar dari garis lurus hijau. Beberapa menit yangContinue reading “Sepuluh Tahun”
Sin
your face white outside my window behind my back since dawn it has always been thus the soul footprints in the mud of the heart words echo in infinity of space my hand trembles as I rip a poem out of thin air your eyes my last memory of you burn inside me your faceContinue reading “Sin”