A collection of tempo doeloe-era short stories edited by Pramoedya Ananta Toer. In Melayu Pasar not Indonesian, presented in original Van Ophuijsen spelling. It reads like a cerita silat anthology with local characters. Full of penyamoen, boedak, fat sopi-drinkin Kandjeng Toean, baba-baba Tjina, cowardly politie, et al. Settings are surprisingly more Batavia coret than downtown:Continue reading “TEMPO DOELOE”
Category Archives: Essays
DOUBLE FOLD
by Nicholson Baker Read this during my Nicholson Baker phase. Which came right on the heels of my John Updike phase. In hindsight, I only liked Baker’s non-fiction works–this, a tirade against microfiche which I thoroughly support, and his literary stalking of Updike in U & I. I kept trying to read his micro-detailed fictionContinue reading “DOUBLE FOLD”
BURUNG-BURUNG MANYAR
oleh Y.B. Mangunwijaya Bildungsroman prajurit KNIL cemen yang cinta mati dengan teman masa kecilnya di Kraton Mangkunegaran yang sekarang bekerja sebagai asisten Syahrir di pihak Rikiblik. Apa daya Konferensi Meja Bundar membuat kisah cinta mereka jadi pear-shaped. Di waktu tua, saat Montague sudah menjelma dari Belanda menjadi Freeport dan Capulet menjadi keluarga sakinah beranak tiga,Continue reading “BURUNG-BURUNG MANYAR”
KUMPULAN BUDAK SETAN
oleh Intan Paramaditha, Eka Kurniawan, Ugoran Prasad Intan’s three stories that were not already published in Koran Tempo are, suprisingly, the best. Surprising since her previous short story collection Sihir Perempuan was a bit stiff, sounding more like a tome of recyled gothic THEORIES than deconstructed-then-rebuilt gothic stories some critics claimed it to be. InContinue reading “KUMPULAN BUDAK SETAN”
azrax: melawan sindikat good-taste nazis
how do you deal with something as magnificently post-colonially hybrid as #azrax? on the one hand it laid waste to all conventions of genre filmmaking (is it a tragedy or a comedy or a tragicomedy or… a parody?) on the other hand it follows so scrupulously all the tenets of traditional indonesian film laga downContinue reading “azrax: melawan sindikat good-taste nazis”
BANGKIT DARI LAPAK: Abdullah Harahap Dalam Kanon Sastra Indonesia
Artikel tentang Abdullah Harahap biasanya akan dimulai dengan membicarakan statusnya sebagai pengarang cerita-cerita horor murahan—dime novels-lah, stensilan-lah, picisan-lah, sastra kaki lima-lah—yang buku-bukunya dibungkus sampul bergaya ersatz Basoeki Abdullah yang murahan juga dan sampai sekarang di tukang loak pun masih dihargai murah pula. Seperti karakter-karakter malang dalam cerita-ceritanya sendiri yang biasanya tidak bisa membebaskan diri dariContinue reading “BANGKIT DARI LAPAK: Abdullah Harahap Dalam Kanon Sastra Indonesia”
Yang Tidak Dibicarakan Dalam Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta
Sebenarnya aku cukup tertarik/bersimpati/relate dengan kegelisahan yang dirasakan @moulysurya. Bahwa di Jakarta ini hidup begitu bising, begitu penuh neon, begitu penuh omong kosong, sehingga sering jika kita tidak punya cukup uang untuk melarikan diri sejenak ke Bayah, atau Babel, atau Barcelona, kita sering berfantasi seandainya saja kita orang lain, yang hidup di dunia lain, yangContinue reading “Yang Tidak Dibicarakan Dalam Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta”
bahasa atap yang runtuh*
*i’ve found that if you change the order of the nouns or group of nouns in an afrizal malna poem, not only will you end up with a still totally comprehensible poem, you’ll have in your hand a still totally comprehensible afrizal poem! compare the scramble immediately below with the original after it: sapi-sapiContinue reading “bahasa atap yang runtuh*”
i’m gay and i’m sorry you’re not gay!*
film indonesia dimulai dari musikal. dulu namanya opera stambul. kemudian berevolusi jadi tonil. sandiwara yang dialognya dinyanyikan. lengkap dengan orkes berpartitur. keroncong, hawaii ukulele pop. (lihat pengaruhnya di bagian-bagian musikal tiga dara usmar ismail misalnya.) <— pelajaran sejarah seni buat @ulil film indonesia pertama lutung kasarung mulanya juga sandiwara yang kemudian difilmkan. g. krugers sutradaranyaContinue reading “i’m gay and i’m sorry you’re not gay!*”
Jakarta ou les malheurs des masochistes*
Masokisme, sepertti bullying, sudah menjadi kata yang gampang diumbar. Masokis lo! Bully lo! Thanks Twitter! Arti kata itu sendiri menjadi pudar semakin sering diumbar. Lo makan keripik peudeus Maicih level 2? Masokis lo! Lo pesen jigoku ramen Sanpachi level 10? Masokis lo! Pada tahun 2002 yang lalu, penerbit oldskool konservatif Pustaka Jaya menerbitkan buku OdeContinue reading “Jakarta ou les malheurs des masochistes*”