i had a really great pie in toowoomba. nice line for a poem. but i don’t feel like poetry. ingin rasanya meneruskan otobiografiku, broken, part 1. tapi tidak merasa punya tenaga. pagi ini berangkat kantor pukul 6, ke tebet pukul 3, ke permata hijau pukul 4, pulang ke ciledug pukul 6. pantes banyak kata pukul, rasanya emang kayak habis dipukulin sekarang. *sigh* dapat salam dari morrissey, si tukang keluh.
namun rasanya harus ngomong sesuatu tentang toowoomba. aku melewati kota itu en route to outback australia. in the end i was spending whole days just travelling in a car on unending dirt roads and not seeing another single car. it was like travelling on the moon, torrent film walkabout deh untuk mendapatkan visualnya kira-kira bagaimana. brrr, aku masih merinding membayangkan betapa out of this world-nya outback australia.
suatu sore (maghrib mungkin) aku melihat giant red kangaroos yang disinari matahari senja di kejauhan. mereka terlihat surreal/so real seperti cezanne.
pagi ini aku menonton video di sydney morning herald, upload-an youtube tentang banjir bandang di toowoomba. not that scary by ciledug indah standard, but scary juga. actually, i dont know if scariness is quantifiable. it just made me think of toowoomba, that soft, yielding, minced lamb pie floater. how everything was grey that day. like my heart/life.
aku ingin bercerita tentang bagaimana hari itu pun punya ramifikasinya sendiri buat hidupku. tapi aku hanya ingin memukuli dinding rasanya sekarang. bye.