saya meninggalkan jakarta pada umur 16. saya ingat waktu itu sore-sore, saya hampir jatuh terpeleset lumpur merah habis hujan di depan rumah. coba saya beneran jatuh terus kepala saya bocor kena batu taman, dan saya tidak jadi pergi ke australia, mungkin saya tidak akan jadi orang seperti saya yang sekarang.
saya pertama kali pindah ke canberra. ke rumah tante saya. saya tinggal di kamar suaminya, yang saya baru tahu setelah pindah ke situ, ternyata sudah pindah rumah karena tidak tahan lagi menjadi suburban husband. oom saya ini berhenti dari kerja nyamannya sebagai speech writer di parliament house dan menjadi komunis. like, komunis beneran. ia dan teman-temannya dulu suka menampung pelarian (entah politik, entah asmara) dari indonesia dan mengajari mereka 100 halaman lenin setiap hari.
nama oom saya itu max lane. dia penerjemah bahasa inggris pramoedya. saya tinggal di kamarnya selama dua tahun. sebenarnya kamar itu sebuah library kecil, dengan matras ditumpuk dua di sudut buat saya tidur. matras bersarung velvet murahan dari tahun 70-an. sakit buat tidur karena nggak ada keras-kerasnya, melengkung seperti apa saya malas memikirkan sebuah simile.
di matras itu saya membaca mungkin hampir semua buku pram. kebanyakan dalam bentuk naskah ketikan untuk diterjemahkan. dari tetralogi buru sampai nyanyi sunyi seorang bisu. saya ingat saya nggak begitu suka gadis pantai, tapi berkali-kali onani membayangkan annelies di bumi manusia yang saya bayangkan mungkin wajahnya mirip-mirip arumi bachsin.
setiap kali saya mulai bercerita tentang hidup saya di australia, ceritanya selalu terasa akan menjadi panjang sekali, dan saya tidak tahan menulis lagi. kenapa ya. saya tinggal dua tahun sama tante saya, akhirnya tidak tahan karena dia sering tiba-tiba masuk ke kamar malam-malam sambil teriak menyuruh lampu dimatikan padahal saya lagi seru-serunya baca arus balik. ah, tapi kasihan dia, waktu itu masih sedih ditinggal suaminya, tapi mana saya mau mengerti waktu itu, abege labil.
saya pindah ke asrama di kampus australian national university yang dipenuhi country jocks. saya benci tempat itu. ada satu cewek country yang saya sempat naksir, sering ketemu di ruang tv, pas you am i main (band alterna-rock paling hip waktu itu, sempat tur bareng sonic youth padahal musiknya sih seperti the who) saya sengaja beli tiket dua dan di ruang tv itu saya beranikan diri menyapa dan mengajaknya nonton bareng. ‘i think i’ve already got something planned with my friends.’ tentunya saya bukan salah satu dari her friends, hahaha. saya berjalan pelan balik ke kamar dan di dalam berbaring lama menatap eternit. malu rasanya. tambah lupa sebenarnya mau nonton seinfeld dan tentunya nggak bakalan bisa balik ke tv room untuk beberapa saat karena pastinya memalukan. ew.
saya masih virgin waktu itu. pernah sih menyedot puting cewek (orang indonesia) yang saya sempat naksir, tapi sebelum terjadi hal lebih jauh adiknya keburu kebangun di kamar sebelah jadi ya nggak jadi. mungkin pernah juga terjadi hal lain lagi tapi saya takut saya jadi membohongi diri saya sendiri kalau saya teruskan karangan ini, atau membohongi anda, pembaca setia saya. pret.
saya kehilangan keperjakaan saya (ew bahasanya totally wewww), saya berhubungan sex pertama kali, halah, saya akhirnya tung-tung pertama kali umur 21. tua ya. menyedihkan juga. dengan seorang cewek scottish berjembut merah. saya ingat itu terjadi enam bulan setelah saya menyerah mencari pacar. ya, saya waktu itu merasa, mungkin sedang membohongi diri sendiri juga, kalau yang saya inginkan bukan losing my virginity, atau gang bangs, tapi menemukan seseorang yang benar-benar bisa dekat dengan saya.
i was looking to connect with someone.
anyone.
sentimental abis. biarin. saya bahkan pernah berpikir mungkin saya cong. tapi saya secara seksual tidak pernah tertarik dengan cowok. penis bagi saya adalah hal paling tidak indah di dunia. saya pernah mencoba mencintai salah satu teman cowok saya, tapi ya tetap tidak bisa. jadi semua orang yang selama ini menyangka saya cong, tuh jawabannya, saya bahkan pernah mencoba jadi gay, cyiiin.
kemudian saya pacaran dengan cewek australia lama juga. empat tahunan lebih. saya tidak bahagia sebenarnya, karena dia begitu berbeda. saya suka beli barang mahal-mahal kapan pun juga, dia suka closing down sale. saya suka oxford st, dia suka target. pokoknya beda deh.
jadinya saya lari ke obat-obatan. kayaknya untuk melupakan kepengecutan saya tidak berani memutuskan pacar pertama saya itu. saya sayang padanya. pertama kali saya pernah benar-benar merasa connected dengan orang lain, ya dengan dia. baru setelah pacaran dengan dia saya sadar betapa lonely-nya hidup saya sebelum itu. selama 21 tahun saya benar-benar tidak pernah punya connection dengan satu orang lain pun, tanpa saya tahu saya mungkin sudah hampir gila. saya ingat waktu saya baru beberapa bulan sekolah di australia, seorang gadis yang sekelas di kelas bahasa inggris menghampiri saya dan mengajak ngobrol di halte bus. setelah dia pergi saya bingung kenapa lengan saya berdarah. ternyata saya begitu nervous bercakap-cakap, ya, berhubungan dengan another human being, saya dengan tidak sadar menggerus lengan sendiri dengan kuku tangan yang satunya.
saya ingat saya bangun pagi-pagi, suatu hari di bulan juni 1997 kalau tidak salah ingat. winter. saya bangun pagi dan, masih di tempat tidur, saya tiba-tiba merasa begitu lega. ya sudah, mungkin aku tidak akan pernah menemukan seorang pun untuk dijadikan pacar. atau teman dekat. seseorang yang punya connection yang benar-benar real dengan aku. yah, so what? saya ingat berpikir saya sudah lelah mencoba terus. saya ingat saya menyerah kalah. saya lelah, saya tidak punya kekuatan untuk mencoba lagi. maafkan ya, aku.
hehe, justru setelah pagi itu saya seperti tertransformasi menjadi seseorang yang hampir baru. saya jadi begitu relaxed, di house party-house party canberra yang notorious saya jadi merasa begitu at home, melucu kanan-kiri, pulang pas saya pengen pulang, tidak merasa harus tidak pulang hanya karena mungkin ada kemungkinan akan bertemu dengan the one i was looking for. since i was no longer looking. i was tired of looking.
enam bulan setelah itu saya menemukan pacar pertama saya itu. di sebuah klub malam bernama ‘club asmara’. beneran.
tapi ya begitu. dia begitu berbeda. tatkala bulan madu pacaran usai, rasanya seperti half of my mind was connected to her, and the other half is running around inside my head like crazy. jadi saya sembunyi-sembunyi memakai lsd, e, coke, pot, mushroom, apapun asal the other half of my mind tadi bisa running around even crazier. sembunyi-sembunyi karena dia juga tidak suka drugs. tapi saya tidak pernah pakai heroin, jadi saya hampir tidak pernah ketahuan.
saya juga jadi music addict. saya akan menyukai satu artis, kemudian membeli semua albumnya. on vinyl, kalau bisa. dulu belum ada torrent, jadi proses menemukan semua album dari satu artis bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. saya ingat saya melakukan hal ini dengan morrissey dan guided by voices. sampai sekarang saya masih menyimpan album vinyl morrissey yang berjudul education in reverse. kalau mencari album itu di daftar album morrissey tapi tidak ada ya jangan bingung, karena itu sebenarnya album viva hate, tapi beberapa kopi versi vinyl sempat salah print dengan nama itu di australia. saya juga punya ‘suitcase: failed experiments and trashed aircraft’, box set 4 cd guided by voices yang isinya b-sides semua. totally unlistenable hahaha. dan saya ingat waktu itu harus mail-order dari chicago.
kayaknya tulisan ini harus bersambung.