haik

delapan tawanan perang ditugaskan mengubur delapan kawan mereka yang telah ditembak mati.

delapan tawanan perang yang masih hidup ini, yang ditugaskan mengubur delapan kawan mereka ini, terdiri dari 5 orang belanda totok, dua orang indo, dan satu orang inggris.

mereka masuk ke dalam hutan, masing2 memanggul satu kawan mereka yang telah mati dan telanjang bulat.

mereka masuk jauh ke dalam hutan, rasanya tidak mau berhenti, seandainya saja mereka tidak diberi deadline harus kembali lagi ke kamp tawanan sebelum matahari terbenam.

kamp tawanan ini terletak di sebuah pulau yang seluruhnya diliputi hutan kecuali tempat kamp mereka yang telah dibersihkan di pinggir pantai yang panas.

hutan ini terasa begitu sejuk sekarang, walaupun bahu mereka pegal memanggul kawan mereka yang mati.

mereka berjalan terus sampai salah satu di antara mereka, si orang inggris, berhenti dan berkata, “i reckon we should stop here.”

yang lain ikut berhenti dan untuk beberapa lama mereka lupa untuk menurunkan kawan2 mereka yang telah mati dari pundak mereka.

mereka mulai menggali delapan lubang (setelah meletakkan delapan mayat kawan mereka itu berjejer dengan rapi di bawah pohon trembesi besar) karena mereka pikir mengubur mereka dalam satu lubang besar sungguh tidak pantas.

pada saat mereka selesai menggali kedelapan lubang itu, matahari sudah lama terbenam.

mereka menyalakan api unggun dari ranting2 dan daun2 kering karena udara tiba2 menjadi begitu dingin.

kulit kawan2 mereka yang telah meninggal menyala2 merah disinari api unggun yang mulai membesar.

salah satu dari kedua tawanan indo berkata, “sepertinya tidak pantas kalau kita menguburkan mereka tanpa pakaian.”

tanpa berkata2 mereka semua melucuti pakaian mereka sendiri dan mengenakannya pada mayat kawan2 mereka yang tadi mereka panggul begitu jauh ke dalam hutan.

mereka menguburkan mayat2 kawan mereka yang telah kembali berpakaian (walaupun hanya pakaian sederhana tawanan kamp, celana pendek goni coklat kena tanah dan kemeja2 lusuh yang tidak seragam) dengan tangan yang disilangkan rapi di dada.

disinari api unggun, salah satu orang belanda totok itu berdoa lirih “souviens-toi que tu n’es que poussière et que tu retourneras en poussière”, sambil menaburkan tanah merah yang lengket di jari2nya ke dalam lubang kubur kawannya.

selesai menimbun kedelapan lubang dengan tanah yang mereka serok dengan tangan, kedelapan tawanan kamp itu mulai berjalan kembali ke kamp mereka.

di jalan salah seorang dari dua orang indo tadi yang dulu punya perkebunan besar di ambon memetikkan buah2 beri dan akar2 untuk mereka makan. sekedar untuk mengisi perut agar tidak pingsan.

matahari sudah panas waktu mereka sampai kembali di kamp. delapan laki2 telanjang dengan tangan2 merah berlepotan tanah.

mereka berbaris rapi menuju gudang, untuk menerima masing2 10 cambukan karena telat pulang.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: