suatu sore ia berbelanja di carrefour dan mendorong trolley dengan sesuatu yang menggantung di dadanya. ia lama menimbang-nimbang mana yang lebih ekonomis apakah mamy poko isi 44 dengan harga 82 ribu sekian sekian atau isi 66 dengan harga 122 ribu sekian sekian. ia tidak pernah pintar matematika. menurut perhitungannya dunia ini kurang besar untuk melarikan jiwa. teruslah ia mendorong trolley yang berdecit-decit ke rak tissue, sunlight, sikat kuali, zip-lock baggies, dan mampir sebentar di rak sendal untuk membelikan ando warna ungu ukuran 38 untuk istrinya yang begitu dicintainya. setiap hari ia ketakutan akan mati dan tidak bisa lagi menyusulnya tidur dini hari setelah semalaman twitteran. ia berpikir ia ingin juga/tidak tahu apakah ia ingin juga ando warna hijau tentara ukuran 42 yang telah ia lemparkan juga ke dalam trolley tapi akhirnya ia lempar kembali ke rak. ia berpikir ia tidak ingin apa-apa lagi dalam hidup ini kecuali melihat bayinya yang sekarang baru berumur 8 bulan tumbuh sehat tak pernah kurang suatu apa dan istrinya tumbuh tua dan makin cantik dengan uban yang memenuhi dahinya. atau ia mati juga tak apa-apa asal mereka berdua tak pernah kurang suatu apa. itu saja yang ia minta. doanya dalam hati kepada rak indomie.