restoran murahan yang baru dibuka itu menyajikan menu tiruan yang di daerah aslinya disajikan pagi-pagi untuk orang-orang yang datang bersepeda lengkap dengan jeroan dan rajangan bawang yang mengapung-ngapung seperti kantong plastik dan mayat orang di sungai berair kuning kental. dia biasanya akan memesan pisahan dan menyeka hidung yang keringatan dengan sapu tangan kotak-kotak coklat murahan. di daerah aslinya semua hal bisa dibilang murahan. waktu itu dia belum mengenal lorrie baru sepuluhan tahun lagi dia akan membaca vollmann untuk pertama kali hidupnya hanya penuh dengan kesenangan. mengayuh sepeda rakitan melewati tanah kritis dan alas roban sekali ke sangiran di jalanan menurun berhenti memedal dan membiarkan rambut berdiri dan tubuh rasanya terbang kemudian berhenti sama sekali di tepi sebuah waduk yang di pagi yang bersih dengan langit yang hanya sudut-sudutnya putih terasa begitu indah begitu indah. waktu dia mulai merasa bersalah setelah mengetahui apa yang terjadi dengan desa itu supaya bisa ada waduk itu itulah awal dari akhir segalanya. sekarang di restoran murahan dengan menu tiruan itu dia ingat semua ini dan ingat juga sesuatu yang pernah dia pikirkan satu malam di kamar seseorang yang tak begitu dia kenal: kita tidak pernah bisa meniru kesenangan.