“mana pula yang lebih nyata, berjalan
merunduk karena angin kencang, atau
gemerlapan lampu di Amsterdam”
Pada pilihan itu aku tambahkan
pohon-pohon ramping pipih
dan beton baru putih
seperti salju
Kamegayega-Yatsu
Pupur tebal
terlalu tebal
di pipimu
O Hitomaru
Tetes air mata
tak mencetak jejak
di lengan kimonomu
Warna musim semi
pilihan Shogun purba.
Setitik noda di awan.
Payung kayu
matahari kedua
di atas gelungmu.
Anak-anak sekolah
menggodamu, sekerei!
Bahu mereka mencium tanah.
Tapi lihatlah
mereka begitu kokoh
berdiri di samping pokok ceri.
“sejak dahulu memang, yang
tidak terucapkan, lebih berarti”