buat Saut Situmorang
aku duduk duduk di bar murahan di Kuta sore sore circa
2ribuberapa2?
ketika Mlle Seconde Chance menyenggol bahuku waktu ia buru buru ke toilet
setelah menyeruput lima porsi cairan biru bercahaya
dan memamah tiap manisan ceri hijau yang bertengger di bibir gelasnya
yang berbentuk seperti gitar Picabia
aku jadi ingat sebaris puisi Char: when the shoulder butts the heart
ya when the shoulder butts the heart
what happens to the rest of us?
aku tiba tiba merasakan keinginan amat sangat untuk mengangkat penaku lagi
dan menghunjamkannya ke halaman blocnoot kwaliteit buruk yang masih kosong
membolonginya sampai ke permukaan meja kayu yang terlanjur bocel bocel
dengan tatahan tatahan iseng penyair penyair lain yang bosan menunggu puisi datang di pucuk siang sepertiku sekarang:
Cicih ❤ Iman
i left my heart in an empty post office box somewhere in the vicinity of Victoria University of Wellington PO BOX 600 Wellington 6140 NZ
kau bukan anugerah terindah yang pernah kumiliki no way man
aku sibakkan dreadlocks yang menutupi dahiku
ujungnya tersangkut di rak kartu pos di pojok yang berdiri kesepian seperti pohon Natal di bulan Februari
kugeserkan ujung pena yang mengkilat seperti pedang di kertas putih bersih
kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan
kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan
kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan sementara rasanya hidupku seperti melesat
di layar sebuah bioskop yang sudah lama ditutup
mengingkari grammar sinematografi
ngebut dari kanan ke kiri