le village du chien

saya setuju sama sekali dengan review dogville @lolipopsuper. terutama bagian life sebagai a series of reward-and-punishments, exchanges, barters, give-and-takes, you give, i take, and take, and take, and take, and take, ad infinitum.

saya hanya ingin menambahkan bahwa grand narasyong moral lars von ngefet di dogville adalah bagian dari trilogi kotbahnya tentang cinta. dogville adalah bagian ketiga setelah breaking the waves dan dancer in the dark.

cinta bagi von ngefet mungkin tidak selamanya berbentuk seperti sebuah transaksi rempah-rempah voc. breaking the waves mengeksplor nasib c.i.n.t.a. yang selfless. hasilnya, emily watson, si mother theresa of lovers, metong digang-bang. film berakhir dengan apotheosisnya di sebuah kapal nelayan. oh iya, keselflessnessan emily watson mengambil bentuk bercinta dengan orang asing kemudian menceritakan detil-detil percintaan itu kepada bekas calon suaminya yang tiba-tiba lumpuh dan tidak bisa ngaceng lagi. itu memang permintaan si laki-laki sado ini, this is the year of living vicariously!

dancer in the dark sebaliknya mempertanyakan apa yang akan terjadi jika cintamu selfish. björk tetap ingin bayi yang dikandungnya lahir walaupun ia tahu anaknya itu akan mewarisi kebutaan(cinta?)nya. hasilnya björk mati di tiang gantung dengan soundtrack yang sexy.

jadilah kemudian grand narasyong tentang cinta yang dingin, sinis, dan pesimistis di dogville (dog-vile?). bisa dimengerti mungkin von ngefet berkesimpulan keterlibatan dan komitmen emosi yang terlalu dalam pada c.i.n.t.a. hanya akan berakibat pada kematian (perasaan?) yang mengenaskan, lebih baik buka toko online di multiply.

ok, saya harus mengaku sebuah personal interest. saya menonton dogville pas sedang mengalami sebuah tragedi percintaan. singkat cerita, bekas pacar saya begitu murka kepada saya sehingga reaksi orang jika saya menceritakan cerita yang susah disingkat itu, biasanya akan berupa, “buset, psycho abitch.”

tapi menurut saya bekas pacar saya itu tidak psycho. setelah menonton dogville saya jadi berpikir bahwa kita memang tidak bisa mengira-ngira reaksi orang terhadap aksi kita, apalagi dalam cinta. mungkin diputusin adalah sesuatu yang biasa-biasa saja bagi saya, tapi mungkin tidak bagi pacar saya, mungkin bagi dia itu adalah masalah hidup dan mati(nya saya). pokoknya, saya merasa, memang tidak bisa mengontrol reaksinya terhadap aksi saya, saya tidak bisa mengontrol reward atau punishment apa yang akan saya dapatkan, itu di luar grand narasyong moralitas saya sendiri.

jika waktu itu bekas pacar saya itu ingin membunuh saya (and don’t think she didn’t want to!), saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. ya, bisa menghindar, tapi saya tidak bisa bilang, “ya elah ga perlu sampai segitu juga dong.” saya tidak punya hak untuk menentukan punishment saya. tidak ada semacam monetary atau trading system yang menentukan exchange rate percintaan, bahkan yang fluktuatif sekali pun.

that’s why waktu nicole kidman meminta james caan bokapnya menggenosida the entire population of dogville rasanya pertama-tama mungkin lebay, tapi kemudian sepertinya memang harus begitu.

von ngefet. ckckck.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: